Selasa, 20 November 2012

MengingatMu

segenggam ingatan ku bawa dalam gulita pagi,
bersamaan dengan kunang-kunang beranjak pulang..


segenggam ingatan erat ku ikat dalam hati,
jangan sampai tercecer pun terberai di ujung nanti..


segenggam ingatan yang selalu mengantarku menujuMu,
menuju pintu pinta sebelum habis masa..


segenggam ingatan tentang perjalanan kecilku,
menemuiMu, kekasih agung yang makin redup dalam hatiku..


robbi inni laa as aluka rodhal qodho, walakin aluthfa bihi..


Selasa, 06 November 2012

Menapak Pantai


Pada 26 Juni 2012;

senang bertemu laut,
bahagia menapak pantai,
riang bermain kecipak ombak,
semata ingin menitipkan rindu pada samudra yang bertaut..
berharap air dengan partikel padatnya menyampaikan gelisahku akanmu..

Catatan [kecil] Kehilangan


Bagai manapun hidup. 
Memang hanya cerita. 
Cerita tentang meninggalkan dengan ditinggalkan.

Meninggalkan ditinggalkan dan kehilangan; 
serupa teko yang semula penuh kemudian tertuang habis,menjadi kosong; 
seperti riuh ramai suara yang kemudian lenggang, berubah hening; 
seperti berakhirnya musim semi, 
berganti gugur;  
seperti musim hujan yang berhenti, 
tinggal kering.

Kehilangan selalu menyisakan kosong, hening, 
kekeringan di segenap hati. 
Mungkin itu kenapa orang yang kehilangan ingin ikut serta menghilang, 
orang yang ditinggalkan ingin ikut meninggal. 
Hati mungkin telah kosong, tapi airmata seakan penuh; bergulir. 
Pun kenangan hari kemaren berkelindan, 
menyerupai medusa di kepala, 
enggan beranjak pergi justru terpatri..


Haruskah aku ikut menghilang, 
beranjak pergi..

Sabtu, 03 November 2012

Lenggang


Cinta datang tanpa alasan,
karena hanya rasa yang memaksa hati tercerabut dari tahtanya 
untuk rela jatuh dan mendekat pada sukma lain..

-menikmati bayang paralaksmu, dalam lenggang heningku-

‎-bondo, loro, pati (kekayaan, sakit, ajal)-

Pagi ini bercakap dengan bapak Sopir Angkot, beliau bercerita banyak, tentang aturan hidup orang Jawa dalam penentuan hari tanggal (dalam melakukan apapun) sampai aturan perjodohan. 
Juga tentang “bondo, loro, pati”, kata beliau; orang hidup, dari kecil disekolahkan, diberi banyak pelajaran, salah satu tujuannya untuk mencari kekayaan (baik kekayaan materi maupun yang immateri). 
Dalam pencarian kekayaan itu, tentu kita akan merasakan loro (sakit), maka kekayaan materilah yang dipakai untuk berobat, maka kekayaan immaterilah yang digunakan untuk menyembuhkan. 
Sampai pati (ajal) yang merupakan kepastian bagi yang hidup itu datang, tidak bisa lagi ditawar, semua harus ditinggalkan. 
‘Leres mboten, Mbak?’, tanyanya. 
Aku tersenyum, ‘terimakasih kuliah paginya, Pak’, sahutku. 
Beliau tertawa.

Jumat, 02 November 2012

Kupu Nila; Bait Dilema

kupu-kupu bersayap nila terperangkap di kaca pagi ini,
dalam bening mencari celah,
indah dunia lebih terasa disana,
diantara angin semilir bertiup..
dan bebungaan tak lagi kuncup..

kupu-kupu bersayap nila tak henti mengepak,
menyusur tepi hingga sudut,
ada nektar bermekaran diluar benda bening ini..
didepan situ,
yang terlihat dekat tapi begitu jauh..

kupu bersayap nila luruh di dasar jendela,
tertunduk lesu,
benda ini bening tapi aku buram..

*paradoks dalam dilema


Ruam Luka Dunia



Ruam ini 
bukanlah apa sayang, 
esok lusa hilang bekasnya..

Sudahlah, 
reda mereda hujan melalui gerimis..
pun luka ini akan pulih, 
kembali manis..

Sabarlah, 
bukankah kau telah berkali belajar meramu penawarnya..
menanggung ketidakbaikan dunia 
dengan sungging senyummu..
hingga semua wajar berlalu..


......


Baiklah, 
aku akan menatap heningmu dari sini, 
dengan jeda agar mudah terbaca..

Kelambu Merah Jambu




Demi waktu 
yang berhitung cepat,
ijinkan ku 
menggenggam erat harap tersemat..

Demi senja 
yang beranjak petang,
ijinkan ku membawamu pulang,

Demi malam 
yang memeluk hitam,
ijinkan ku 
membuang segala kelam..

Demi bulan 
jingga temaram,
ijinkanku memilin 
do'a pada arsy peraduan..


MemandangMu (mu) dibalik kelambu merah jambu

Kotak Hati



Ada kotak berukir Jepara di hatiku,
jembar..
karna aku butuh menampung ribuan rindu untukmu, 
pun sering aku menularkan 
pada apa-apa di dekatku;

Pada melati,
yang ku semai di samping rumah,
melihat putihnya,
menguntai doa; 
semoga kita menghirup wanginya yang sederhana bersama..

Pada setapak yang sering aku lalui,
melenggang,
kembali menebar harap,
ada kamu tersenyum menjajari langkahku..

Pada Jalak yg tiap pagi tanpa malu-malu menyapaku,
merdu kicaunya ingin kelak ku perdengarkan padamu..

Pada lipatan-lipatan awan biru yang kerap membuatku mampu menengadah,
menyimpan kemilaunya di mataku,
terpejam,
menelesapkan damai jauh dalam jiwaku..
aku menitipkan rindu.

Pada kotak kecil ini, 
celah hati,
diam-diam menuang buncah rinduku,
yang selalu padamu..

Sungguh aku tidak sedang merayumu..
aku hanya meramu penawar rindu akan hadirmu.
Ahhh kalimat-kalimat ini terlalu malu ku sampaikan padamu, 
biar waktu menunjukkannya,
bila masih tersisa untuk kita..

Dilema Senja



Lipatan sepi; 

angin enggan bergurau dengan dahan, 
malas menilisik ranting..
Terik siang tak kunjung berlalu, 
aku yang memuja senja sedang menahan rindu..
bertemu temaram, 
berkisah pada malam..

Aku harus berjalan ke timur,
 mendapati senja datang lebih dulu, 
menikmati bayang mengejar langkahku..
Lihat, di timur sana lebih teduh lebih senja..

Aku tergesa,
terbayang lekas ingin riang bercerita, 
pada gelap, 
pada tabur bintang, 
juga pada kunang.

Tapi, aku ingin menyongsong malam atau agar lebih cepat bertemu pagi?

Na' -dilema-