Dentang dua kali, masih hening malam ini. Aku terbangun oleh
alunan Shalawat Tarhim dari alarm di sampingku. Masih enggan beranjak dari
mimpi, tapi berisik suara tangisan anak kecil di rumah sebelah memaksaku
mengintip dari jendela kamar. Remang terlihat sesosok ibu sedang menggendong
anaknya yang ingin ikut pergi. Kemanakah mereka sepagi buta ini? Tanya hatiku
pelan, sambil mengamati mereka yang mengendap berjalan.
Rasa penasaran dalam hatiku tidak juga beranjak lalu, maka
ketika bertemu mereka ketika hari mulai siang aku bertanya pada mereka, kemana
sepagi buta tadi. Sungguh jawaban itu membuatku berkali menghela nafas kuat-kuat,
ada sesak merambat naik memenuhi hati kecil ini. Ibu itu sebelum subuh tadi
menyusuri jengkal makam, mengumpulkan bunga-bunga Kamboja yang berjatuhan.
Memang, mengumpulkan bunga Kamboja sedang marak di kampung
kecil ini. Kandungan kimia dalam bunga Kamboja bisa dijadikan seduhan teh atau
bahan kosmetik. Ada penadah yang menerima berapapun hasil yang mereka kumpulkan
tiap harinya. Untuk kemudian dikirimkan ke pabrik yang mengolah menjadi barang
siap konsumsi.
Tapi memulai upaya mengejar rizki ketika yang lain masih
terlelap dan enggan melawan dingin itu yang membuatku berulang-ulang menghela
nafas kuat. Haruskah sedini itu memulainya? Mengabaikan rasa khawatir ada orang
yang hendak berbuat jahat, tidak memperdulikan hawa dingin yang siap menusuk
tulang.
Dan ya, aku tersadar, Allah mencintai orang-orang yang bekerja
keras, dan meluangkan banyak waktu untuk selalu mengingatNya. Terimakasih memberiku pemahaman yang baik ini.
:) Na